Tentang Luka, Cinta, dan Segalanya

Aku akan menyayangimu seperti kabut yang raib oleh cahaya matahari. 

Kala sosok tinggal bayang, segudang tanya tak henti berbunyi, apakah masih panjang pertemuan yang kunanti? Atau memang, tak akan ada lagi?

Apakah perlu kusalahkan awan atas hujan yang telah terjadi?

Di bawah langit yang sudah tidak lagi membiru, aku terbangkan setangkai doa yang penuh akan pengharapan. 

Kukira aku sudah cukup kuat untuk menahan rasa yang tak pernah kusengaja, ternyata diriku masih seperti asap, yang mudah terombang-ambing di antara udara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyala yang Tak Pernah Padam